PART 2
Setelah Kakek gue tahu kalau gue unik, kakek gue selalu ngajak gue “bermain” dan ternyata kakek gue pun punya keunikan yang sama. Suatu hari saat gue main kerumah nya untuk menginap beliau mengajak ku ke ruang tengah, lalu beliau bilang “Nduk, duduk disini dulu ya, Mbah mau pergi jalan-jalan, nanti kalo Mbah (menunjuk jam) diangka ini belum pulang ketok pintunya ya” dan gue pun mengangguk polos, beliau masuk ke dalam kamarnya. gue pandangin jam yang beliau minta, gue ingat sekali beliau menunjukkan jarum jam terpanjang diangka 3, it’s mean beliau hanya pergi selama 15 menit.
15 menit berlalu belum ada tanda-tanda beliau muncul dari kamar itu, gue cari Nenek gue dan gue ceritakan semuanya. Nenek gue hanya tersenyum dan bilang “Nanti Mbah juga keluar”. Dan benar saja setelah kembali dari dapur nenek, kakek gue sudah duduk bersila di ruang tengah dengan celana yang basah dilumuri tanah merah basah.
“Lho, Mbah dari mana kok bajunya kotor?” tanya gue polos.
“hahaha…Mbah abis jalan-jalan ke hutan sana untuk ambil ini, ini Delima Hitam yang hanya ada di hutan ga dijual disini, ini untuk ngobatin orang, Nduk” Jawabnya santai.
“Kok Mbah jalan-jalan ke Hutan lewat kamar Mbah, emang bisa? Emang ada pintunya?” tanya gue bingung.
“Ada pintunya, nanti kamu Mbah ceritain” jawabnya sambal membelai lembut kepala gue.
Kalau kalian tahu Delima Hitam saat itu sedang dicari banyak orang karena masih langka sekitar tahun 1991.
Setelah kejadian itupun gue kecil, berpikir keras “mana mungkin dari dalam kamar Mbah bisa ada pintu untuk pergi kehutan”. Dan hari-hari selanjutnya adalah hari dimana gue menyimpan rasa penasaran terhadap kamar kakek gue, gue enggak sabar untuk weekend berikutnya.
Nice, waktu itu pun tiba, waktu yang gue tunggu-tunggu untuk bisa interogasi kakek gue dan menggeledah kamar nya. Dan yaaaah, seperti yang kalian tebak, hasil nya memang ga ada pintu yang terhubung antara tembok kamar dan hutan. Tapi beliau memberikan kejutan lain kali ini.
“Nduk, sini sebentar, ada temen mu nih yang nakal Mbah iket” panggilnya dengan suara berat.
Gue berlari secepat kilat, kalian tahu engga apa yang gue lihat saat itu? Sesosok anak laki-laki berperut buncit, bertelinga Panjang (miriplah di pemeran startrex), dengan ingus dan liur bercucuran, jari-jari tangannya panjang, kukunya tajam dan hitam, tangisannya memekakan telinga.
Sontak gue nangis karena ketakutan dan kakek gue pun memeluk gue karena merasa bersalah.
“ssstt…ga apa apa itu temen kamu bukan, Nduk?” Tanya lembut kakek gue.
“Bukan Dini ga punya temen jelek kaya gitu Mbah, itu apa? Itu siapa? Dini takut”
“Itu yang suka ngajak main kamu, dia nakal mau ambil uang nenek makanya Mbah iket disana.” Jelasnya.
Damn, ternyata yang selama ini main sama gue adalah sosok Tuyul.