Di Nusantara yang konon pada abad ke-14 telah terlahir seorang bayi tampan putra dari pangeran Cakradara dan Ratu Tribuana Tunggadewi, Seorang anak manusia yang tumbuh dan berkembang di lingkungan kerajaan dan kelak menjelma menjadi rembulan yang sinarnya menyejukkan seluruh negeri.
“Dia seperti Sang Hyang Satamayu yang menghapus duka seluruh rakyat, seperti Sang Hyang Bayu yang melindungi jagad, dan seperti Sang Hyang Pertiwi yang memakmurkan negeri. Maka lengkaplah dia bagaikan rembulan,” begitu tulis Mpu Prapanca dalam pupuh 7 Kakawin Negara Kertagama (Damaika dkk., 2018: 36).
Konon raja muda inilah yang berhasil mengibarkan bendera negerinya, terbang laksana burung garuda. Di bawah kepemimpinannya wilayah kekuasaan Majapahit terbentang luas melebihi wilayah nusantara saat ini dan beliau bersama sang Gajah mada Hayam Wuruk telah mampu menancapkan kakinya tak hanya di bumi Nusantara, melainkan hingga ke negeri Tumasek (Singapura), Brunai, dan Serawak (Malaysia).
Lantas siapakah sesungguhnya Prabu Hayam Wuruk itu? Dalam perjalanan sejarah Kerajaan Majapahit, ada beberapa raja yang pernah memimpin pemerintahan Majapahit.
Raja Majapahit pertama adalah Raden Wijaya yang sekaligus juga merupakan pendiri Kerajaan Majapahit. Kemudian ada nama raja Hayam Wuruk yang merupakan raja Majapahit yang berhasil membawa Kerajaan Majapahit ke masa kejayaannya. Pencapaian Hayam Wuruk dalam membawa sebuah kejayaan pada masa kerajaan Majapahit memang sangat luar biasa.
Ada banyak pencapaian yang berhasil dicapai oleh Majapahit pada masa kejayaannya. Baik dalam segi politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Raja Hayam Wuruk pun dianggap sebagai raja yang paling sukses dalam menjalankan pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit ke 4 yang memerintah Kerajaan Majapahit mulai tahun 1350-1389. Gelar Hayam Wuruk adalah Sri Rajasanagara. Di bawah raja Hayam Wuruk inilah Kerajaan Majapahit mencapai pada puncak kejayannya.
Ada yang unik dalam peristiwa lahirnya Hayam Wuruk, peristiwa kelahiran Hayam Wuruk diawali dengan terjadinya gempa bumi di Pabanyu Pindah dan juga meletusnya Gunung Kelud. Dan, tepat pada tahun itu pula Mahapatih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. (AF)